Larang Pakai Atribut, Perguruan Silat di Kabupaten Mojokerto Bentuk Satgas Pengawasan

Perselisihan perguruan silat yang berujung dua kali aksi konvoi meluruk Mapolres Mojokerto terus ditindak lanjuti.

Sejumlah perguruan silat di Mojokerto sepakat untuk tidak memakai atribut selain saat latihan dan kegiatan resmi.

Lantaran pemakaian atribut di muka umum dinilai bisa memicu aksi arogan maupun perselisihan.

Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Mojokerto Samsul Muarifin menerangkan, pihaknya telah memanggil 17 perguruan silat se-Mojokerto, Kamis (2/11).

Di Padepokan IPSI di Desa/Kecamatan Gondang, kesepakatan bersama telah dibentuk.

’’Ada 12 perguruan silat yang hadir. Termasuk Pagar Nusa (PN), PSHT, PSHW, dan IKSPI Kera Sakti. Sudah ada kesepakatan,’’ sebutnya.
Samsul menjelaskan, masing-masing perguruan silat sepakat agar anggotanya tidak memakai atribut di tempat umum.
’’Hasilnya, disepakati tidak memakai atribut seperti jaket, kaos, bendera ataupun sakral di tempat umum. Kecuali saat latihan atau kegiatan resmi lainnya. Dan ini sudah disepakati oleh ketua perguruan silat,’’ ungkapnya.

Tak hanya itu, masing-masing perguruan sepakat membentuk satuan tugas (satgas) untuk mengawasi anggotanya yang memakai atribut di area publik.

Tujuannya, untuk memberi sanksi bagi pesilat yang melanggar kesepakatan bersama yakni mencopot atau mengganti paksa atribut yang dipakai saat itu juga.

’’Masing-masing perguruan membentuk satgas. Karena polisi maupun Satpol PP tidak punya wewenang dan landasan untuk melepas atau merampas atribut perguruan silat,’’ beber Samsul.
Lebih lanjut, kesepakatan bersama ini diberlakukan hingga kurun waktu yang belum ditentukan.
Karena tujuan utamanya yakni menekan dan menetralisir ego anggota masing-masing perguruan yang bisa memicu perselisihan sesama pesilat.

’’Kita lakukan secara persuasif. Karena kami menyikapi (potensi) perseteruan antar perguruan silat ini,’’ paparnya.

Hal ini tak lain karena pemakaian atribut masing-masing perguruan silat dinilai bisa memicu aksi arogan dan perselisihan di muka publik.

Yang bisa terus meluas hingga terjadi bentrok dan penyerangan antar perguruan silat. Sehingga pesilat yang terlibat harus berhadapan dengan hukum.

’’Kami menilai, salah satu pemicu, yang paling sederhana, itu adalah pemakaian atribut itu sendiri. Kalau sampai berujung kerusuhan dan melawan hukum, hampir bisa dipastikan itu adalah oknum,’’ tandas Kepala SMAN 3 Kota Mojokerto ini.

Sebelumnya, ratusan anggota Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti meluruk Mapolres Mojokerto, Minggu (29/10) malam.

Mereka mendesak kepolisian agar segera menangkap oknum penyerangan dan penjarahan anggotanya di Desa Seduri, Kecamatan Mojosari, Jumat (27/10) malam.

Yang kebetulan, Jumat (27/10) malam itu ratusan anggota perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) menggelar aksi konvoi ke Mapolres.
Mendesak mengusut tuntas penyerangan orang tak dikenal pada anggotanya di Kutorejo yang sedang latihan Minggu (22/10) dini hari.
Akibat dua arak-arakan tersebut, massa konvoi berselisih dengan masyarakat dan pengguna jalan lain saat aksi dibubarkan petugas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bangil heboh 5 Pengedar di Bangil Pasuruan Oplos Sabu dengan Bahan Kimia Kelurahan Kresikan, Kecamatan Bangil.

Pesilat PSHT di Gresik Tewas Ditendang Pelatih Saat Latihan, Alami Luka Memar di Dada

Pelantikan dan Ujian Kenaikan Tingkat Warga IKS. PI Kera Sakti dilapangan Sidodadi Rt 05 Rw 02 Kel. Pogar Kec. Bangil Kab.Pasuruan